Rabu, 10 Desember 2008

Diffable Fair ; Ajang Untuk Mengembangkan Bakat


Sabtu (6/12) pagi hari yang cerah. Langit biru dan burung berkicau menyambut datangnya pagi. Bebarapa hari hujan seolah pergi meninggalkan kota Jogja, Tuhan memberi hari yang cerah untuk para diffable yang akan mengikuti berbagai perlombaan pada diffable fair yang diadakan oleh para mahasiswa PLB UNY dalam rangka memperingati hari penyandang cacat sedunia tanggal 3 Desember. Gedung rektorat UNY tampak gagah dan siap menerima sejumlah diffable dengan berbagai keistimewaan. Air mancur di depan gedung itupun menambah kesegaran pagi.
Satu persatu para siswa diffable dari berbagai SLB di Jogja berdatangan dengan semangat dan wajah berseri. Beberapa SLB tersebut yaitu SLB negeri I, SLB Negeri II, SLB Yapenas, SLB Autis Fredofios, SLB Autis Bina Anggita, dan masih banyak lagi yang lain. Para guru datang mengantar dan memberi semangat anak didiknya. Mereka begitu semangat melatih, membimbing dan mengembangkan bakat-bakat anak didik/siswanya. Mulai dari melatih membaca puisi, melatih menari, menyanyi, bermain musik, menggambar dan fashion show. Mereka juga merias wajah anak didiknya, mencarikan kostum dan membawakan minum atau makanan bagi para siswanya. Kemudian mereka juga rela menuntun siswanya yang tidak dapat melihat, mendorongkan kursi roda bahkan ikut bergaya saat lomba fashion show.
Pagi itu seorang anak duduk di kursi rodanya, didorong oleh gurunya yang terlihat berwibawa dengan seragam batiknya, anak itu akan mengikuti lomba baca puisi. Kemudian beberapa siswa datang lagi, mereka sedang bercakap-cakap tanpa suara, hanya tangan mereka yang bergerak, rupanya mereka akan mengikuti lomba menari. Mereka sudah memakai kostum menari tradisional dan terlihat cantikcantik.



Seorang gadis kecil memakai baju seragam SD datang bersama guru-gurunya dan beberapa temannya, ia tidak dapat melihat. Gadis itu berjalan pelan-pelan menapaki tangga. Sementara kakak kelasnya datang memakai kacamata hitam. Oh, ternyata mereka akan mengikuti lomba menyanyi. Dan mereka sangat kompak. Mereka saling mendukung, gadis cilik berseragam SD itu menyanyikan lagu yang berjudul “Laskar Pelangi.” Sementara si kakak berseragam SMP bermain keyboard mengiringi gadis kecil menyanyi dengan penuh penghayatan. Beberapa orang sempat menitikkan airmata ketika mendengarkan si gadis kecil menyanyi.

Lalu seorang gadis kecil memakai rok merah dan berbaju putih, rambutnya bergelombang, cantik dan matanya melihat ke segala arah. Ketika musik terdengar, ia berjalan bersama gurunya menapaki panggung fashion show. Rupanya gadis itu seorang gadis autis. Lain lagi dengan Cindy, siswa dari SLB Autis Bina Anggita, dia juga autis, usianya kira-kira 14 tahun, dia sudah remaja. Dengan gaya genit, Cindy berjalan bak seorang model terkenal.

Terkadang kita kurang menyadari bakat-bakat yang ada pada diri kita. Mungkin kita hanya menjalani hidup dengan rutinitas tanpa mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri kita. Namun, ternyata para diffable yang mengikuti diffable fair pagi itu mampu menunjukkan bakat-bakatnya dan mengembangkannya serta mengadu bakat dengan siswa yang lain. Setiap anak pasti punya bakat-bakat yang harus terus diasah dan dikembangkan. Tugas guru dan orangtua untuk selalu memberi motivasi, fasilitas dan kesempatan bagi anak-anaknya agar bakat-bakat itu menjadi optimal. Melalui diffable fair para mahasiswa memberikan wadah bagi para diffable untuk beradu bakat dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Dengan mengikuti perlombaan-perlombaan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian serta pengalaman yang berarti dalam hidupnya. Meskipun para diffable memiliki keterbatasan fisik dan mental, namun mereka memiliki kemampuan dan bakat-bakat yang luar biasa.

Selasa, 28 Oktober 2008

Pengaruh Musik Saat Melukis Pada Siswa Autis

Banyak aliran musik yang ada di Indonesia. Ada musik pop, dangdut, rock, keroncong dan campur sari. Berbagai aliran musik tersebut berkembang dan dibawakan grup musik atau band yang jumlahnya cukup banyak. Lagu-lagu dari aliran musikpun sering terdengar di televisi dan radio-radio.

Para siswa di Sekolah Lanjutan Autis Fredofios tidak mau ketinggalan mengikuti perkembangan musik di Indonesia. Semua siswa tahu lagu-lagu baru dan band-band baru di Indonesia seperti Peterpan, Ungu, The Masiv, Kangen Band dan sebagainya.

Mereka juga hafal lagu-lagu dari band-band tersebut. Pak Anton, guru musik mereka juga mengajarkan lagu-lagu dari band-band papan atas tersebut. Ivan (14th) misalnya, dia senang banget dengan lagu-lagu pop hingga campur sari.

Pada pelajaran melukis, biasanya semua siswa duduk di bangku dan dibebaskan untuk melukis atau menggambar obyek atau tema apapun yang mereka sukai. Ada yang menggunakan crayon, pastel, pensil warna dan cat akrilik pada kanvas.

Ada siswa yang antusias dan tekun menggambar sehingga menghasilkan karya yang sangat banyak. Karya-karya Osi, Opiq dan Mutia selalu dibingkai dan dipajang didinding sekolah, di rumah dan dikantor orantuanya. Bahkan beberapa kali ikut pameran bersama dengan pelukis-pelukis profesional di Yogyakarta dan di luar kota.

Tetapi ada juga siswa yang menggambar mengikuti "mood". Jika sedang tidak "mood" maka ia tidak mau menggambar, malas-malasan dan hasilnyapun kurang maksimal.

Dian misalnya, ia selalu bingung dengan obyek yang akan dia gambar, karena tidak ada tema yang diberikan guru. Guru memberi kebebasan pada siswa untuk menggambar apapun. Dian juga kurang menghargai gambarnya sehingga ia selalu tidak puas dengan hasil karyanya sendiri dan selalu mengatakan gambarnya jelek. Meskipun semua orang sudah mengatakan bahwa gambarnya bagus.

Lain lagi dengan Ivan yang selalu menggambar tema-tema kesukaannya seperti Tugu Jogja, Monas, dan lambang-lambang partai atau stasiun tv. Karena jam pelajaran melukis selalu siang hari, para siswa cenderung sudah mengantuk dan lelah. Sehingga motivasi belajar menjadi rendah. Ivan juga selalu ogah-ogahan menggambar bahkan menolak untuk menggambar.

Karena semua siswa menyukai musik, maka dicobakan untuk diperdengarkan musik saat pelajaran melukis. Anak-anak juga tidak lagi menggambar/melukis di bangku, mereka bebas duduk di lantai, mereka bisa duduk, tengkurap dan dengan berbagai posisi menggambar.

Musik yang diperdengarkan yaitu musik dengan tempo sedang, riang, dan penuh dengan beat.

Ternyata, semua siswa menikmati pelajaran melukis saat itu. Ivan menjadi lebih semangat, sambil menggambar ia menggerak-gerakkan kepalanya mengikuti irama musik, kadang-kadang kakinyapun ikut bergerak. Ia mulai menggoreskan pensilnya di kertas, goresannya semakin tajam dan gambarnyapun lebih detil. Dalam waktu 1 jam 30 menit Ivan mampu menghasilkan 3 jenis gambar dengan teknik sket. Sedangkan siswa yang lain juga menikmati, lebih ceria dan semangat menggambar. Warna yang digunakan untuk mewarnai juga warna-warna yang cerah dan gambarnya menjadi colourfull.

Musik memang dapat mempengaruhi perasaan seseorang, jiwa seseorang yang sedang sedih mungkin akan lebih sedih jika mendengarkan lagu-lagu dan musik yang slow dan menyedihkan. Musik Rock dapat menjadikan seseorang menjadi lebih agresif, hentakan-hentakan melody mengakibatkan adrenalin semakin terpacu sehingga pada pertunjukan musik rock nggak jarang terjadi keributan dan penikmat musik ini biasanya mengekspresikan dengan melompat-lompat, bahkan saling menabrakkan diri dengan penikmat musik saat pertunjukan berlangsung.

Musik juga dapat mempengaruhi konsentrasi dan perilaku seseorang. Selain itu musik dapat berpengaruh besar pada gerakan, misalnya iringan musik pada tarian-tarian. Musik sebenarnya dapat dipilih sesuai dengan tujuan untuk merefleksikan emosional, dapat menstimulasi memori dan motivasi seseorang.


Bagaimana jika saat melukis diperdengarkan musik-musik klasik? Beberapa saat yang lalu kami sudah memperdengarkan musik tersebut. Mungkin karena jam pelajaran melukis pada siang hari maka para siswa malah mengantuk dan jadi malas. Mungkin juga karena tempo musik klasik yang diperdengarkan terlalu pelan. Begitu juga dengan musik meditasi sudah pernah diperdengarkan. Dan hasilnyapun sama, gerakan tangan mereka saat mewarnai dan menggambar menjadi lemah dan pelan.


Dan bagaimana dengan jenis-jenis musik yang lain? hmm, ya...perlu diperdengarkan juga pada anak-anak saat melukis. Belum banyak penelitian mengenai hal ini. Terutama penelitian pada penyandang autis. Di Sekolah Lanjutan Autis fredofios sudah saya terapkan Terapi Musik, tapi tidak hanya terfokus pada terapi musik saja, saya juga menggabungkan dengan terapi tari/gerakan tari untuk memperbaiki perilaku dan mengembangkan kemampuan para siswa.

Senin, 15 September 2008

Ramadhan dengan Siswa Autis

Tahun 2008, bulan September, bulan Ramadhan...aah bulan yang kutunggu-tunggu.
Bulan yang penuh rahmat, bulan dimana umat Islam menjalankan ibadah puasa, berbondong-bondong pergi ke Masjid untuk Sholat Taraweh.
Tahun kemarin aku mengawali bulan Ramadhan dengan terbaring di tempat tidur karena aku sakit cacar air. Aku ingat saat itu benar-benar sedih, tersiksa, dan selama seminggu aku hampir tidak mandi. hiii kebayang dong gimana rasanya...
Nah, di bulan Ramadhan ini aku mengawali dengan aktivitas yang dapat mengasah kepekaan hati, yaitu bakti sosial ke Panti Asuhan Yatim Putra Muhamadiyah, Panti asuhan Putri Aisiyah Muhamadiyah, dan Lembaga autis serta asrama autis Sari Asih. Aku pergi bersama rekan seprofesi di tempat aku bekerja yaitu di SLB Autis Fredofios, orangtua siswa dan para siswa. Kegiatan itu dilaksanakan tanggal 30 Agustus 2008. Seminggu sebelumnya, aku dan teman-teman menggalang dana, mengumpulkan barang-barang pantas pakai dan juga sembako.
Aku senang banget bisa pergi mengunjungi anak-anak di panti asuhan dan para penyandang autis yang usianya lebih muda daripada para siswaku. Aku terharu bertemu dengan mereka. Aku ingin bisa membantu banyak, tapi saat ini mungkin hanya kehadiranku yang dapat membantu mereka.Di Lembaga dan asrama autis aku hampir nggak bisa membendung air mata, anak-anak disana dititpkan oleh orangtuanya pada Ibu Theresia dan keluarganya untuk dididik, mereka berasal dari luar kota bahkan ada yang dari luar pulau. Paling jauh dari Papua. Anak-anak disana jarang sekali dikunjungi oleh keluarganya, bahkan ada beberapa siswa yang tidak pernah lagi dikunjungi keluarganya. Mereka makan, tidur, belajar bersama dengan Ibu Theresia dan keluarganya. Lembaga itu menempati sebuah rumah yang kecil, hanya terdiri dari beberapa kamar tiap kamar dihuni 3-4 siswa autis dan mental retardasi bahkan ada yang down sindrom. Saat masuk ke ruang bermain mereka, ada aroma pipis yang menyengat, malah ketika itu ada salah satu siswa yang "kecelakaan" pipis di kamar. Saat kami datang membawa susu botol siap minum, mereka ingin segera minum susu itu. Kue yang disediakan Ibu Theresia untuk kami nyaris di makan semua oleh anak-anak itu. aku tahu, di asrama itu hanya sebagian dari penyandang autis, masih banyak anak-anak yang lain di dunia ini yang di "buang" oleh orangtuanya. Aku punya rencana untuk mengajak para remaja/mahasiswa untuk peduli pada anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka bisa membantu dengan tenaga mereka, dengan meluangkan waktu untuk menemani mereka bermain, bernyanyi, membacakan cerita dan apapun.
Saat ini hari-hari Ramadhanku di SLB Autis Fredofios, mengajar para penyandang autis remaja yang juga melaksanakan ibadah puasa. Kami belajar sholat, menghafal doa-doa, membaca iqra dan alquran. Di hari Sabtu kami pergi ke Masjid, dalam program outing, mengenalkan tempat-tempat umum pada para siswa. Semua siswa terlihat senang menjalankan ibadah bersama guru-guru mereka. Aku dan teman-teman di SLB Autis Fredofios juga melaksanakan buka puasa dan sholat Magrib bersama di sekolah.

Kamis, 24 Juli 2008

berbagi...


Selamat datang di ruang saya...
dan selamat berbagi...
terimakasih...