Rabu, 07 Januari 2009

LAWANG SEWU; Bangunan Tua di Kota Semarang

Netherlans Indische Spoor Weg Maatss Chappy (NIS)

Liburan, ngapain aja yaa....Hmmm, berwisata di kota tua sepertinya menyenangkan. Aku dan keluarga menyempatkan diri berjalan-jalan ke Kota Semarang, kebetulan Nenekku merayakan Natal, berangkatlah aku bersama keluarga menikmati liburan akhir tahun.
Dan tujuan wisataku kali ini ke Lawang Sewu dan Sam Pho Kong.

Inilah cerita tentang Lawang Sewu, bangunan tua yang pernah digunakan untuk acara Uji Nyali sebuah stasiun tv swasta.

Lawang Sewu merupakan sebuah bangunan tua yang terletak di kota Semarang. Sebuah gedung yang dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda. Gedung ini berdiri dengan megah di jantung kota Semarang, tepatnya di dekat Tugu Muda. Lawang Sewu, begitulah namanya, dibuat tahun 1903 - 1907 dan resmi digunakan pada tanggal 1 Juli 1907.

Lawang Sewu dibuat oleh arsitek dari Belanda yang bernama Ir. P. De Rieau, sedangkan cetak birunya dibuat di Amsterdam. Karena beliau meninggal, maka pemerintah Belanda menunjuk Profesor Jacob F. Kunkhamer dan BJ Quendag untuk melanjutkan pembangunan Lawang Sewu.

Terdapat peristiwa yang mengesankan yang pernah terjadi di gedung ini yaitu peristiwa pertempuran para pemuda Semarang melawan pasukan elite bala tentara Jepang yang tergabung dalam pasukan Kido Buati. Peristiwa ini terjadi tanggal 14 Oktober 1945 - 19 Oktober 1945, dan terkenal dengan peristiwa Pertempuran Lima Hari di Kota Semarang. Dalam pertempuran ini telah terjadi pertumpahan darah, banyak pemuda Semarang yang menjadi korban terutama Angkatan Muda Kereta Api (AMKA).

Pertempuran yang terjadi sangat mengerikan kala itu, sehingga ada 5 jenazah yang tidak sempat dimakamkan di pemakaman umum. Kemudian kelima jenazah tersebut terpaksa dimakamkan di halaman gedung Lawang Sewu. Para korban tersebut adalah Noersam, Salamoen, Roesman, R.M Soetarjo dan RM. Moenardi.
Pada tahun 1975 kelima kerangka tersebut di pindahkan ke Makam Pahlawan "Giri Tunggal" Semarang.

Lawang Sewu sendiri berada di jantung ibukot Jawa Tengah yang dulu berfungsi sebagai stasiun kereta api kota atau trem kota atau lebih dikenal TREM BODJONG. Gedung tua ini dinamakan Lawang Sewu karena pintunya sangat banyak. Saya tidak sempat menghitungnya saat saya berkunjung kesana pada hari Minggu (28/12). Lawang Sewu dalam bahasa Indonesia artinya pintu seribu.

Bangunan ini cukup megah dan luas, dengan dua lantai, terdapat banyak ruangan serta pintu, Lawang Sewu memiliki tembok-tembok yang sangat tebal, bergaya arsitektur Belanda. Jika kita masuk melalui pintu utama, kita akan bertemu sebuah ruangan yang cukup luas. lalu kita masuk lebih ke dalam lagi terdapat tangga dan diujung tangga kita dapat melihat kaca hias dengan ornamen seorang ibu menggendong anak bayi dan seorang wanita di depannya. Di dalam gedung ini terdapat sebuah halaman yang sangat luas dengan 2 pohon di dekat bangunan yang berdiri di halaman. Dan dibagian belakang terdapat ruang bawah tanah yang cukup gelap. Disana terdapat beberapa ruangan yang dulunya digunakan sebagai ruang tahanan dan tempat pemenggalan kepala.

Jika kita perhatikan, gedung Lawang Sewu ini tampak kurang terawat. Lantainya kotor dan berdebu, begitu pula dinding dan semua pintu. Semua ruangan terasa lembap dan gelap karena tidak ada penerangan disana. Dihalamannyapun rumput tumbuh dengan liar sehingga menambah kesan bangunan tua yang kurang terawat. Namun hal itu justru menambah daya tarik bagi orang-orang yang gemar berwisata di kota tua. Dan bagi orang-orang yang penasaran dengan cerita serem dapat menguji nyalinya dengan berwisata di ruang bawah tanah. Cukup dengan membayar Rp. 6000, kita dapat menyewa sepatu boots dan senter, serta ditemani seorang pemandu. Sedangkan untuk masuk ke gedung ini kita membayar tiket seharga Rp.3000.

Perasaanku saat masuk kesana, awalnya deg-deg kan. Khawatir terjadi penampakan makhluk yang pernah muncul di acara uji nyali. Tapi dengan berbesar hati dan beramai-ramai, aku dapat mengalahkan rasa takutku. Tapi gimana kalau malam hari ya... Hmmm, kayaknya perlu dicoba lagi deeh. Karena aku datang ke Lawang Sewu pada siang hari.