Kamis, 05 Maret 2009

Mural 1001 Tong Sampah

Mural 1001 Tong Sampah ;
Remaja Autis Peduli Lingkungan

Eeh siapa bilang para remaja diffble nggak peduli sama lingkungan????

Mereka malah lebih peduli lho daripada orang-orang normal yang sukanya buang sampah sembarangan, memakai air berlebihan, dan perusakan lingkungan yang mengakibatkan bencana terjadi di bumi Indonesia. Remaja Diffble di Fredofios peduli banget dan amat sangat menjaga kebersihan lingkungan mereka. Misalnya saja Osi, Opiq, Ivan, Todi, Tia dan Dian, mereka selalu membuang sampah di kerangjang/tong/tempat sampah. Dimanapun mereka berada jika selesai makan atau minum sesuatu, pasti akan mencari tempat sampah untuk membuang bungkus makanan/minumannya. Apalagi Niko, eks siswa Fredofios, ia sangat peduli sama kebersihan, buktinya tiap kali ada mobil pengangkut sampah akan lewat Fredofios, ia sudah mendengar duluan padahal jaraknya masih jauh banget. Guru-gurunya aja belum mendengar suara mesin mobil sampah itu. Tapi Niko udah mendengar suara khas yang dihasilkan dari mobil sampah itu. Dia buru-buru mengambil semua tempat sampah yang ada di sekolah, secara bergantian ia keluarkan dari sekolah dan dibawa ke dekat pintu gerbang supaya petugas sampah mengambilnya. Tidak puas hanya dengan sampah-sampah di fredofios, ia masih mengikuti mobil sampah itu dan memunguti sampah-sampah yang ada di pinggir jalan Indragiri sekitar gedung sekolah dan rumah-rumah penduduk. Jika ia melihat sampah menumpuk di halaman orang, iapun ingin segera membakarnya. Hmm…patut ditiru tuh kebiasaan Niko. Meski dia tergolong remaja autis, tapi dia sangat peduli dengan kebersihan lingkungannya.

Lain lagi dengan Osi, saat istirahat, Osi selalu membuangkan bungkus makanan/minuman milik teman-temannya. Karena kebiasaannya itu, maka lama kelamaan teman-temannya justru memberikan bungkus makanan/minumannya pada Osi kemudian Osipun membuangnya di tempat sampah. Osi juga sangat hemat air, ia selalu memenuhi baik kamar mandi, jika sudah penuh maka ia segera mematikan kran. Begitu juga jika ada lampu yang menyala padahal ruangan itu nggak dipakai, Osi langsung aja mematikan lampu itu.

Opiq, suatu saat jalan-jalan ke mall, setelah selesai makan es krim, ia menyeka mulutnya pakai tissue. Lalu ia bilang, “Opiq buang tissue.” Dan mencari tempat sampah. Begitu juga dengan Ivan, siang itu Ivan ikut Mural 1001 tong sampah yang diadakan oleh Desain Interior seluruh Indonesia. Ivan ditemani dua orang temannya, Mutia dan Todi juga para guru-guru yang semangat mendaftarkan mereka untuk ikut Mural tersebut.

Dari rumah Ivan sudah dibekali berbagai macam snack dan minuman. Kami berangkat dari sekolah naik mobil milik keluarga Mutia, diantar supir menuju ke Benteng Vredeburg yang letaknya nggak jauh dari Malioboro. Sampai disana, Ivan langsung membuka bungkus kacang kulit dan makan sendiri, nggak nawarin ke teman dan gurunya. He he he…Selesai makan Ivan bingung ingin membuang bungkus kacangnya. Disuruh menyimpan bungkus di tas Ivan nggak mau, akhirnya mau nggak mau Bu Della dan Ivan keliling kompleks Benteng mencari tempat sampah. Eh padahal banyak tong sampah lho disitu, tapi…buat acara mural. He he he…
Akhirnya ketemu juga tempah sampah yang dicari dan …blung…bungkusnya masuk deh! Ivanpun puas dan ikut menjaga kebersihan. Hebat kan???

Tongpun segera diambil sama Pak Catur dan Pak Samsul, didalamnya sudah terdapat cat akrilik warna merah, kuning, biru, hitam dan putih, gelas plastik untuk tempat cat dan Koran bekas untuk alas melukis mural tong sampah. Cukup mendaftar Rp. 20.000, semua orang dari segala lapisan masyarakat, tua – muda, siswa – mahasiswa, seniman, tukang becak, penjual, pengamen, guru, penyandang autis, boleh mengikuti acara ini.

Kamis, 26 Februari 2009 jam 09.00 – 17.00 WIB di halaman dan sepanjang jalan di dalam Benteng Vredeburg acara Mural diadakan. Selain Mural, ada workshop, pameran, seminar dan menghadirkan bintang tamu Dik Doank dari Jakarta. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Mahasiswa Desain Interior ISI seluruh Indonesia. Ternyata banyak banget peserta yang ikut. Suasananya juga ramai karena ada panggung terbuka dan Dik Doank menyanyi sambil bermain gitar.

Tiba-tiba panitia mendekati tempat kami menunggu acara dimulai, mereka membawa setumpuk Koran yang akan dibagikan pada peserta. Ivan jadi gatel tangannya untuk mengambil Koran-koran itu dan mencari gambar-gambar partai politik. Bu Della melarangnya, dan Ivanpun mulai “gelisah.” Aduuh…bisa-bisa Ivan ngambek nggak mau menggambar dan ikut mural deeh. Gimana ya caranya??? Hmm, guru-guru cepat-cepat cari akal. Mikir…mikir…ting…ada ide, kita harus menjauhkan Ivan dari mereka. Ayo pindaaah….Ivanpun digandeng dan sedikit ditarik supaya menjauh.

Kami memilih tempat yang teduh biar nggak kepanasan, tadinya mau dibawah pohon rindang tapi dekat sama stand makanan dan minuman, akhirnya pindah agak menjauh dari stand-stand itu karena khawatir Ivan minta jajan.
Sebelum mulai, Todi dan Tia sempat berfoto bersama Dik Doank. Awalnya Dik Doank nggak mau foto, dia bilang,”Nanti aja, melukis dulu ya.”
Tapi Todi nggak kalah pintar, lihat aja jawabannya, “Lho kan belum mulai melukisnya.” Hehehe…Dik Doank nggak bisa berkata apa-apa lagi dan “Klik.” dengan kamera Hp Todi dan Tia berfoto bersama Dik Doank.

Ternyata Ivan masih memikirkan setumpuk Koran-koran yang dibawa panitia. Belum selesai satu masalah, Ivan sudah merengek minta Es Teler. Aduuh…Ivan, lihat Mbak Tia dan Todi udah mulai membersihkan tong dari kertas-kertas yang menempel di tong. Lihat teman-teman yang lain, dari SMP dan SMU umum, mereka udah mulai mengecat dan melukisi tong mereka. Ayo Ivan…
Hmmm, ternyata Ivan tetap nggak mau melukis. Akhirnya Pak Agung menjajikan untuk membelikan Koran KR, Ivan udah senang banget tuh dan menunggu Pak Agung. Setelah ditunggu, ternyata Pak Agung kembali dan nggak membawa Koran yang dijanjikannya. Hallo Pak Agung…mana janjinya buat Ivan?? Eh kok malah Koran lain yang dibawa dan nggak ada gambar partai seperti yang diinginkan Ivan.
“Huuu…aaa…” kata Ivan. Ivanpun merengek dan nggak peduli dengan orang-orang disekitarnya. Akhirnya Pak Agung pergi lagi mencarikan Koran KR buat Ivan. Dan cling…setelah dapat Koran yang diinginkan, Ivan kembali ceria, dan mau menggambari tongnya dengan gambar tugu, peta dunia dan lambang-lambang kabupaten.
Sementara Tia menggambari tongnya dengan gambar orang-orang di taman, dan Todi asyik menggambari tongnya dengan jalan raya dan papan-papan iklan.

“Pak Catur, emang Todi bisa?” Bu Dessi, mama Todi sempat meragukan Todi. Karena selama ini Bu Dessy nggak pernah lihat hasil karya Todi. Wah Bu Dessy juga ikut semangat neh menemani kami sampai selesai. Malah jadi sponsor utama juga, membelikan makan siang buat kami. Makasih Bu Dessy…. J

Tiba-tiba Ivan berubah idenya, Tugu yang tadinya udah digambar Ivan, ia timpa dengan cat warna merah dan putih, gara-gara lihat teman dari SMP 4 melukis langsung dengan cat. Dan apa yang digambar Ivan? Wah…logo sebuah stasiun swasta…Ayo Van semangat!!! Eeh belum selesai melukis, Ivan kembali merengek minta Es Teller. Nggak konsentrasi lagi deh. Okey deh Van, ayo beli es teller. Bu Dewi dan Mbak Nadin menggandeng Ivan menuju ke stand makanan dan minuman melewati kerumunan peserta mural yang sedang asyik melukis tong sampah. Ivan segera memesan es teller dan bakso. Ternyata kamu lapar juga ya Van? Tapi Bu Dewi nggak kalah cerdik sama Ivan, Bu Dewi minta Ivan untuk berjanji akan melukis lagi setelah makan dan minum. Dan benar…Ivan semangat melukis lagi dan mampu bertahan sampai jam 2 siang ditengah-tengah keramaian Mural Tong Sampah. Hebat kamu Van!!!

Tapi ada peristiwa lucu dan unik disela-sela Ivan melukis, Ivan yang dibantu Bu Della, sempat istirahat dan tengkurap di kursi taman, nggak peduli sama orang-orang disekitarnya. Setelah itu bilang “E’ek.” Dan mau nggak mau guru pendamping Ivan harus rela mengantar Ivan ke toilet. Nggak Cuma itu, Ivan mengajak pulang juga, padahal belum dijemput sama Pak Bowo supir Tia. Pak Agung mencoba mengalihkan dengan mengajak Ivan jalan-jalan, eh ternyata Ivan sempat bergulung-gulung di rumput taman yang mengelilingi benteng. Lalu kembali lagi ke kelompok. Pak Agung sempat mengkhawatirkan Ivan yang terus merengek minta pulang karena mungkin sudah bosan dan lelah. Berkali-kali Pak Agung menanyakan tentang Pak Bowo. Ivan juga sempat menarik Mbak Nadin, mengajaknya berkeliling bersama Pak Agung juga. Eh tiba-tiba Pak Agung kembali menghampiri kami dan mengatakan bahwa Ivan hilang. Hah, Ivan hilang????
Bu Della segera turun tangan dan mencari Ivan. Koq bisa???
Waduh, gawat neh…Gimana???
Oh..ehm..ehh ternyata Ivan nggak hilang koq, Ivan sedang bergandengan tangan bersama Mbak Nadin, mereka nampak santai san hepi, rupanya mereka baru saja melihat bendera dan gedung Bank BNI yang nggak jauh dari Benteng Vredeburg.
Lalu merekapun duduk santai di teras museum, sambil menunggu Tia dan Todi yang belum selesai mewarnai gambar.

“Lho, Mbak Tia, warna baju dan celana orangnya kok hitam, biru dan merah? Warna lain juga boleh koq. Mbak Tia mau warna pink?” kata Bu Dewi. “Iya.” Jawab Tia.
Ooh…ternyata Tia belum paham bahwa cat-cat itu boleh dan bisa dicampur-campur sehingga menghasilkan warna lain. Bu Dewipun cepat-cepat mencolek cat dan mencampurnya di gelas plastik. Dan warna pink, hijau muda, biru muda dan cokelat dihasilkan dengan tangan terampil Bu Dewi. Tia jadi lebih semangat mewarnai tong sampahnya yang berjudul Taman hati. Dengan dibantu Bu Dewi, Bu Della dan Pak Catur, Tia semakin semangat mewarnai tongnya. Tia terlihat seperti pelukis professional, lihat saja gaya berpakaiannya, ia pakai t-shirt, celana jeans, topi, dan celemek yang biasa dipakai untuk melukis. Dengan kuas-kuasnya, Tia mulai mewarnai gambar hati dengan warna pink, ada gambar orang sedang duduk di taman, ada yang berdiri bersama temannya, ada gambar kupu-kupu, bunga-bunga, pohon rindang, tong sampah, awan, matahari, semua menjadi sebuah cerita tentang sebuah lingkungan yang indah, bersih dan berseri-seri. Tia melukis sesuai tema yang ditentukan oleh panitia yaitu Psychological Design; Changing Habits. Tia melukis dengan tenang, dan nggak ada suara. Kami mengkondisikan Tia, Todi dan Ivan supaya menghadap ke arah spanduk dan kursi taman yang kebetulan didekat kami nongkrong, sehingga mereka nggak terganggu oleh pemandangan dan distraksi pandangan yang saat itu banyak orang, tong dan lalu lalang fotografer maupun orang-orang yang asyik melihat.

Todi sempat nggak boleh istirahat untuk makan dan minum karena dilarang mamanya. Menurut mamanya, Todi harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Tapi Todi udah ingin makan tuh Bu, lihat Ivan, Tia dan guru-gurunya makan mie ayam dan minum es teller. Dengan dibantu guru-gurunya, akhirnya Bu Dessi mama Todi berhasil dibujuk untuk mengijinkan Todi makan makanan yang dibawa dari rumah. Hmm, makanan khusus ya, karena Todi diet jadi harus membawa makanan dari rumah. Wah, lahap banget makannya Tod!!
Selesai makan, Todi mewarnai tongnya lagi. Ayo, semangat… “Mbak,mbak, tolong dong…pegangin tongnya.” Kata Todi pada Mbak Nadin mahasiswa psikologi UGM yang menjadi sukarelawan magang di Fredofios.
“Pak Catur…jalannya warna apa?”
“Pak Catur, kesini dooong…” kata Todi.
“Pak Catur, sungainya warna hijau.” Kata Todi lagi.
“Lho, sungai koq warna hijau?” tanya Pak Catur.
“Iya, inikan sungainya berlumut.” Jawab Todi.
“Todi ini gambar apa?”
“Ini gambar pipa air.” Jawab Todi disela-sela melukis.
“Ayo Todi, selesaikan dulu nggambarnya.” terdengar suara Bu Dessy.
“Aduh Pak catur, tumpah nih air catnya.” Kata Todi.
“Ivan, jangan ditaruh dipaha, nanti celananya kotor.” Kata Bu Della.
Ivan mencoba mengangkat tong yang sedang dicat.
“Ivan, tong taruh dibawah, nanti celana Ivan kotor.” Kata Bu Della lagi.
“Aaa…..” Ivan ngotot mengangkat tong dan ingin menjadikan tong sebagai alat musik pukul.
Waaah, ternyata disela-sela melukis, banyak terdengar suara-suara obrolan, bercanda, sedikit teriak, pokoknya ramai banget deeh. Belum lagi suara-suara dari peserta yang lain dan musik serta lagu dari panggung hiburan.

Jika dilihat dari jauh, nampak Todi, Ivan dan Tia berbaur dengan para siswa SMP dan SMU yang kebetulan duduk bersama mereka. Nggak ada rasa minder atau malu pada diri Todi, Ivan dan Tia. Masing-masing asyik melukis tong sampah. Begitu juga dengan orang-orang disekeliling mereka, nggak ada yang heran ataupun bertanya mengenai Todi, Ivan dan Tia. Mungkin mereka nggak mengerti kalau Todi, Ivan dan Tia merupakan remaja berkebutuhan khusus. Mereka juga nggak terganggu dengan celotehan ataupun perilaku Todi dan Ivan yang sedikit “unik” dan “lucu.” Meskipun kami membawa papan nama KOMUNITAS SENI AUTIS FREDOFIOS, tapi nggak ada peserta yang bertanya tentang autis.

“Gimana Mbak Tia, capek nggak?”
“Capek.” Jawab Tia sambil tersenyum.
“Senang nggak, ikut Mural tong sampah?”
“Senang.” Jawab Tia sambil tersenyum.

Dan merekapun mendapat sertifikat atas partisipasinya mengikuti Mural 1001 tong sampah.

Tidak ada komentar: